Beranda Palembang Pertamina Plaju Jadi Simbol Ketahanan Energi Nasional, dari Katalis Merah Putih Hingga...

Pertamina Plaju Jadi Simbol Ketahanan Energi Nasional, dari Katalis Merah Putih Hingga Produk Ramah Lingkungan

Kilang Polypropylene Plant RU III Plaju/ist

Kilang Tertua Indonesia Masih Menyala! Pertamina Plaju Jadi Motor Inovasi Energi Nasional

Palembang, bidiksumsel.com – Pertamina terus menunjukkan komitmennya menjaga keberlanjutan industri migas nasional dengan memperkuat sektor hilir, melalui peningkatan kapasitas kilang dan inovasi teknologi yang ramah lingkungan. Salah satu bukti nyata langkah tersebut terlihat di Kilang Refinery Unit (RU) III Plaju, Palembang, Sumatera Selatan  kilang tertua di Indonesia yang tetap produktif sejak berdiri pada tahun 1904.

‎Kilang yang telah beroperasi lebih dari seabad itu kini tidak hanya menjadi pengolah minyak mentah, tetapi juga pusat inovasi energi nasional yang terus bertransformasi menuju efisiensi, digitalisasi, dan kemandirian teknologi

‎Pertamina Grup secara konsisten menjalankan berbagai proyek strategis dalam memperkuat kemandirian energi Indonesia, salah satunya melalui Refinery Development Master Plan (RDMP) dan program revamping kilang di sejumlah daerah.

‎Salah satu proyek besar yang menjadi perhatian publik adalah RDMP Balikpapan, yang menargetkan peningkatan kapasitas pengolahan minyak dari 260 ribu barel per hari menjadi 360 ribu barel per hari.

‎Program ini merupakan bagian dari upaya jangka panjang Pertamina dalam mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar minyak, memperkuat pasokan domestik, serta mendorong efisiensi di seluruh rantai produksi energi nasional.

‎Langkah strategis tersebut juga selaras dengan arahan pemerintah untuk mempercepat roadmap kemandirian energi nasional, dengan menjadikan Pertamina sebagai motor penggerak utama di sektor hilir migas.

‎Dalam menjaga daya saing dan memperluas pangsa pasar produk hilir, Pertamina juga terus mengembangkan lini bisnis petrokimia yang bernilai tambah tinggi.

‎Menurut Area Manager Communication, Relations & CSR RU III Plaju, PT Kilang Pertamina Internasional Subholding Refining & Petrochemical Pertamina, Siti Fauzia, RU III Plaju saat ini menjadi salah satu produsen utama produk petrokimia nasional.

‎“Saat ini Kilang Pertamina Plaju memproduksi rata-rata 42.000 ton biji plastik Polypropylene per tahun dengan merek dagang Polytam, yang dipasarkan melalui PT Pertamina Petrochemical Trading,” jelasnya di Palembang, Rabu (29/10/2025).

‎Produk Polytam menjadi bahan baku penting bagi berbagai industri plastik nasional, mulai dari kemasan makanan, peralatan rumah tangga, hingga komponen otomotif.

‎Selain itu, lanjut Siti, Pertamina juga telah mulai memproduksi Breezon, yakni natural refrigerant atau pendingin alami yang ramah lingkungan dan tidak merusak lapisan ozon.

‎“Breezon merupakan wujud nyata komitmen Pertamina untuk menghadirkan produk berwawasan lingkungan dan mendukung transisi energi bersih,” tambahnya.

‎Menurutnya, bisnis petrokimia adalah salah satu sektor yang menjadi fokus utama dalam strategi jangka panjang Pertamina. “Petrokimia adalah masa depan Pertamina. Kami ingin memastikan bahwa setiap inovasi yang dilakukan berdampak pada keberlanjutan energi dan lingkungan,” tegas Siti.

Pekerja Kilang Pertamina Plaju, sedang berkomunikasi melalui HT, melaporkan keadaan di Kilang Polypropylene Plant RU III Plaju/ist

Tidak hanya fokus pada produk, Pertamina juga melakukan modernisasi sistem operasional di kilangnya. Sejak tahun 2023, RU III Plaju meluncurkan Aplikasi E-Workshop 2.0, inovasi berbasis digital yang menjadi alat bantu utama dalam proses pemeliharaan dan pengawasan peralatan produksi secara real-time.

‎Aplikasi ini digunakan oleh divisi maintenance untuk memantau kondisi peralatan, menjadwalkan perawatan, hingga melacak performa mesin di kilang.

‎“E-Workshop merupakan salah satu rantai penting dalam pengelolaan reliability. Aplikasi ini mencerminkan bagaimana kami mengoptimalkan perawatan kilang dengan sistem yang terukur, efisien, dan akurat,” ujar Siti Fauzia.

‎Langkah digitalisasi tersebut merupakan bagian dari transformasi Pertamina menuju industri 4.0, di mana integrasi data dan otomatisasi menjadi fondasi dalam menjaga keberlanjutan operasional dan keselamatan kerja di lapangan.

‎Pertamina juga menunjukkan keseriusannya dalam bidang riset dan pengembangan (R&D) melalui inovasi teknologi katalis buatan dalam negeri.

Kini, proses pengolahan minyak di Kilang Pertamina Plaju telah menggunakan katalis lokal hasil kolaborasi antara PT Pertamina (Persero) dan PT Kilang Pertamina Internasional (KPI), yang dinamai PK-HGMAX atau Katalis Merah Putih.

‎“Katalis berfungsi mempercepat reaksi kimia hidrokarbon pada suhu tertentu. Sebelumnya, kami masih menggunakan katalis impor dari Tiongkok dan Jerman, seperti Sinopec dan BASF. Sekarang, kami sudah beralih ke produk dalam negeri,” ujar Siti.

‎Menurutnya, inovasi ini menjadi salah satu milestone penting dalam kemandirian industri energi Indonesia, karena berdampak langsung terhadap peningkatan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) dan efisiensi biaya produksi.

‎“Dengan katalis Merah Putih, kami tidak hanya mengurangi impor, tetapi juga memperkuat kemampuan riset nasional di bidang kimia industri. Ini adalah langkah menuju kedaulatan energi yang sesungguhnya,” tegasnya.

‎Pertamina menargetkan agar ke depan seluruh kilang dalam jaringan PT KPI dapat menggunakan katalis buatan dalam negeri, sehingga Indonesia tidak lagi bergantung pada produk impor untuk kebutuhan vital industri migas.

‎Pascarestrukturisasi organisasi, Pertamina mempertegas perannya sebagai global energy champion melalui kehadiran Pertamina Integrated Command Center (PICC) pusat kendali digital terintegrasi yang berfungsi sebagai big data hub bagi seluruh aktivitas bisnis perusahaan.

‎“PICC hadir untuk menyajikan data operasional secara real-time dan menjadi integrator seluruh lini bisnis, baik dari aspek operasional maupun komersial,” ujar Siti.

‎Pusat data ini memiliki empat fungsi utama, yakni :

‎1. Sebagai integrator dan koordinator aktivitas pemantauan operasional kilang dan distribusi energi.

‎2. Sebagai pusat monitoring seluruh kegiatan strategis yang bersifat core maupun supporting system.

‎3. Sebagai pengendali efisiensi, guna memastikan seluruh proses berjalan sesuai target produksi nasional.

‎4. Sebagai pusat analisis strategis, yang menjadi dasar pengambilan keputusan bisnis secara cepat dan akurat.

‎Dengan sistem ini, Pertamina dapat melakukan kontrol menyeluruh terhadap pasokan energi, mulai dari pengolahan minyak mentah di kilang, distribusi bahan bakar, hingga pemantauan penjualan di pasar domestik dan internasional.

‎Lebih dari sekadar fasilitas produksi, Kilang RU III Plaju kini menjadi simbol semangat keberlanjutan energi nasional. Berdiri di tepian Sungai Musi, kilang yang telah beroperasi sejak masa kolonial itu menjadi saksi perjalanan panjang Indonesia dalam mengelola sumber daya alamnya sendiri.

‎Selama lebih dari satu abad, kilang ini terus menyalakan “api peradaban energi”, beradaptasi dengan kemajuan teknologi tanpa meninggalkan nilai sejarahnya.

‎Transformasi yang dilakukan Pertamina, mulai dari digitalisasi operasional, inovasi petrokimia, hingga pengembangan katalis lokal, menjadi bukti nyata bahwa industri migas nasional tengah bergerak menuju era baru era energi bersih, efisien, dan mandiri.

‎Dengan berbagai langkah strategis tersebut, Pertamina tidak hanya menjaga pasokan energi bagi 270 juta penduduk Indonesia, tetapi juga menyiapkan fondasi bagi generasi mendatang agar bangsa ini tetap berdaulat dalam sektor energi. (dkd)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here