Home Palembang Kejar Keadilan : Orang Tua Lapor Polisi Atas Perundungan di Sekolah Elit

Kejar Keadilan : Orang Tua Lapor Polisi Atas Perundungan di Sekolah Elit

fhoto : bidiksumsel.com/bd

Kronologi Dugaan Perundungan di Sekolah Islam Terpadu Al-Azhar Cairo Palembang : Siswa Kelas III Melaporkan Kejadian ke Pihak Berwajib

Palembang, bidiksumsel.com – Kasus perundungan di sekolah kembali mencuat, kali ini menimpa seorang siswa kelas III di Sekolah Islam Terpadu Al-Azhar Cairo Palembang, yang diduga mengalami perlakuan tidak menyenangkan dari teman sekelasnya. Siswa berinisial MA (9) menjadi korban dari tindakan perundungan yang dilakukan oleh rekan sekelasnya, berinisial ML dan beberapa teman lainnya.

Peristiwa ini mengundang perhatian publik setelah orang tua korban, Doddy Adrianto (42), melaporkan kejadian tersebut ke pihak berwajib di Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) Polda Sumsel. Doddy berharap agar keadilan bisa ditegakkan dan anaknya mendapatkan perlindungan yang seharusnya.

Kepada penyidik Subdit IV Renakta Direktorat Kriminal Umum (Ditreskrimum) Polda Sumsel, MA bersama orangtuanya memberikan keterangan lengkap terkait peristiwa yang menimpanya. Mereka didampingi oleh kuasa hukum Dr Hj Nurmalah SH MH, yang menjelaskan kronologi kejadian kepada awak media.

“Korban bersama orangtuanya telah memberikan keterangan kepada penyidik pada Selasa (2/7/2024) kemarin. Kami juga telah mengirim surat ke Kementerian Pendidikan, KPAI, Dinas Pendidikan Provinsi, dan Dinas Pendidikan Kota Palembang untuk memastikan pengawasan terhadap kasus ini,” ujar Nurmalah saat ditemui di Polrestabes Palembang, Rabu (3/7/2024) siang.

Menurut Nurmalah, kejadian ini terungkap setelah ibu kandung MA memperlihatkan video perundungan yang beredar di media sosial kepada anaknya dengan harapan agar anaknya waspada dan tidak menjadi korban. Namun, hal ini malah membuat MA mengakui bahwa dirinya telah mengalami kejadian serupa sebanyak tiga kali.

“MA mengakui bahwa ia telah beberapa kali mengalami perundungan. Tangannya pernah ditusuk dan terakhir ia dikeroyok oleh empat siswa di dalam kelas. Karena ketakutan, MA sampai bersembunyi di bawah meja dan kejadian tersebut diketahui oleh seorang guru yang kebetulan sedang membawa soal ujian,” jelas Nurmalah.

Akibat dari aksi perundungan tersebut, MA mengalami trauma dan ketakutan untuk kembali ke sekolah. Kini, MA telah dipindahkan ke sekolah baru untuk memulihkan kondisinya. “Secara fisik, MA terlihat sehat, tetapi ia masih merasa takut dan cemas untuk kembali bersekolah,” tambah Nurmalah.

Lebih lanjut, Nurmalah mengungkapkan bahwa keluarga korban sebenarnya tidak berniat membawa kasus ini ke ranah hukum. Namun, pihak sekolah terkesan tidak kooperatif dengan menolak memberikan rekaman CCTV yang dapat menjadi bukti penting dalam kasus ini.

“Kami tidak bermaksud membawa masalah ini ke polisi, namun pihak sekolah tidak mau bekerja sama dan tidak memberikan rekaman CCTV kecuali atas permintaan penyidik. Karena itu, kami terpaksa melaporkan kejadian ini ke SPKT Polda Sumsel,” kata Nurmalah menutup keterangannya.

Kasus ini mencerminkan tantangan serius dalam menangani perundungan di lingkungan sekolah. Penting bagi pihak sekolah untuk bersikap transparan dan kooperatif dalam setiap investigasi guna memastikan keselamatan dan kesejahteraan siswa. Masyarakat pun diharapkan dapat lebih peka terhadap tanda-tanda perundungan agar dapat segera ditangani sebelum berdampak lebih buruk.

Dengan pengawasan yang ketat dari pihak berwenang dan dukungan dari masyarakat, diharapkan kejadian serupa tidak terulang kembali dan lingkungan sekolah dapat menjadi tempat yang aman dan nyaman bagi setiap siswa. (Bd)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here