JAKARTA – Partai Demokrat dan kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) mengalami guncangan dahsyat setelah konflik yang dialami mencapai klimaks dengan pelaksanaan kongres luar biasa (KLB) kubu Moeldoko di Sibolangit, Deli Serdang, Sumatera Utara (Sumut), Jumat (5/3).
Namun, jauh sebelumnya, Demokrat dan AHY sudah mulai digoyang dengan isu kudeta. Bahkan berlangsung lebih dari satu bulan. Dalam rentan waktu itu pula, Indonesia Elections and Strategic (IndEX) Research menggelar survei pada tanggal 25 Februari-5 Maret 2021.
Hasilnya, AHY masuk empat besar calon presiden (capres) 2024 yang paling diunggulkan. Artinya, di tengah kemelut yang menerpa Demokrat dan kepemimpinan AHY, justru memberikan penguatan terhadap AHY sebagai sosok dan politikus muda di pentas percaturan politik nasional.
Hasil survei yang dilakukan oleh IndEX Research menunjukkan nama Prabowo Subianto masih kuat memimpin peta pertarungan menuju Pilpres 2024, dan AHY berada di urutan keempat. Elektabilitas AHY melejit naik, sebagaimana juga yang dialami partainya.
Sebagai catatan, Moeldoko yang mengudeta kepemimpinan Partai Demokrat hanya mampu meraih elektabilitas 0,4 persen atau di bawah 1 persen. Posisi elektabilitas Moeldoko yang masih berada di nol koma menujukkan publik tidak senang dengan akrobat poltiknya merebut Partai Demokrat.
“Ada kesan AHY sebagai figur yang dizalimi tampaknya mendulang simpati dari publik,” kata peneliti IndEX Research Hendri Kurniawan dalam siaran persnya di Jakarta, Jumat (12/3).
Posisi kedua menempatkan Ridwan Kamil dan ketiga Ganjar Pranowo. AHY menyundul jauh ke atas yang semula stabil di papan bawah, dalam 4 bulan terakhir “Prabowo, Kang Emil, dan Ganjar mantap sebagai top three capres 2024, dibayangi AHY yang tembus ke empat besar,” kata Hendri.
Elektabilitas Prabowo fluktuatif di kisaran 19—22 persen sejak survei pada bulan Mei 2020 hingga November 2020 dan kini pada survei Maret 2021 mencapai 20,4 persen. Begitu pula, Kang Emil yang sebelumnya (survei Mei dan November 2020) hanya 7—8 persen, kini bertengger di urutan kedua dengan elektabilitas 14,1 persen.
Ganjar dari survei sebelumnya (Februari 2020) hanya 9 persen, melejit ke 14—15 persen pada survei Mei dan November 2020, dan kini tergeser menjadi 13,5 persen. “Prabowo masih sangat potensial dimajukan kembali pada Pemilu 2024 dengan lawan potensial antara Kang Emil atau Ganjar,” kata Hendri.
Kepala daerah di dua provinsi terpadat di Pulau Jawa itu dinilai potensial menjadi pemimpin nasional masa depan. Yang menarik, lanjut Hendri, AHY dari awalnya (survei Agustus dan November 2020) hanya 1—2 persen, dalam waktu cepat menyalip sejumlah nama, kini elektabilitasnya mencapai 7 persen.
Di sisi lain Sandiaga Uno, dari 10—11 persen (survei Mei 2020) melorot menjadi 6,8 persen, sedangkan Anies dari 13 persen (Mei 2020), kini tinggal 6,3 persen. “AHY diuntungkan oleh pertarungan internal di Partai Demokrat sebagai capres unggulan dari kalangan oposisi,” kata Hendri.
Berbagai pernyataan yang dilontarkan SBY juga mencitrakan Demokrat tengah diobok-obok penguasa, seperti PDI kubu Megawati semasa Orde Baru yang berujung peristiwa 27 Juli 1996. Selain itu, ada nama-nama, seperti Tri Rismaharini (4,6 persen), Erick Thohir (3,3 persen), Khofifah Indar Parawansa (2,7 persen), dan Giring Ganesha (2,1 persen). Berikutnya, Mahfud MD (1,6 persen), Puan Maharani (1,3 persen), Susi Pudjiastuti (1,1 persen), dan Airlangga Hartarto (1,0 persen).
Sisanya seperti halnya Moeldoko hanya di bawah 1 persen, antara lain Gatot Nurmantyo (0,7 persen). Mereka yang menyatakan tidak tahu/tidak menjawab 11,3 persen. “Peta capres masih dinamis, apalagi masih banyak waktu hingga 3 tahun ke depan,” ucap Hendri.
Survei IndEX Research dilakukan pada tanggal 25 Februari—5 Maret 2021 terhadap 1.200 orang mewakili seluruh provinsi di Indonesia. Survei dilakukan melalui telepon kepada responden yang dipilih acak dari survei sebelumnya sejak 2018. Margin of error ±2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. (Aza/Ant)