Home Nasional Lilu dan Tim Anjing Pelacak Polri : Dari Perang Narkoba hingga Pemburu...

Lilu dan Tim Anjing Pelacak Polri : Dari Perang Narkoba hingga Pemburu Badak di Ujung Kulon!

fhoto : ist

Anjing Pelacak Polri : Lilu, Wibawa, Arco, dan Lupita, Garda Terdepan dalam Pengungkapan Kejahatan dan Penyelamatan

Jakarta, bidiksumsel.com – Di tengah berbagai ancaman dan tantangan dalam penegakan hukum, Polri memiliki pasukan khusus yang tidak biasa. Mereka bukan manusia, melainkan anjing-anjing pelacak yang menjadi andalan dalam mengungkap kejahatan dan menegakkan keamanan. Salah satu yang paling terkenal adalah Lilu, anjing betina ras German Shepherd berusia tujuh tahun. Lilu, bersama pawangnya, Bripka Hari Yunianto, telah menjadi ujung tombak Polri dalam berbagai operasi perburuan narkoba.

Lilu memiliki rekam jejak yang mengesankan dalam berbagai kasus besar narkoba. Sejak lahir pada 5 Mei 2017, Lilu dididik khusus untuk melacak narkoba. Kemampuannya telah teruji dalam operasi-operasi besar yang melibatkan jaringan narkoba skala internasional. Pada tahun 2020, Lilu berperan penting dalam mengungkap kasus narkotika besar yang melibatkan 195 kg sabu asal Tiongkok di Kompleks Pergudangan Cikarang.

Kemudian, di tahun 2022, Lilu turut terlibat dalam penggagalan peredaran narkoba jaringan Sumatera-Jawa yang menyelundupkan 40 kg sabu di Pelabuhan Bakauheni, Lampung. Terbaru, pada tahun 2024, Lilu berhasil melacak 80 kg sabu serta 1.006 butir ekstasi yang hendak diedarkan oleh jaringan Sumatera-Jawa di pelabuhan yang sama.

Brigjen Ahmad Subarkah, Direktur Polisi Satwa Korps Sabhara Baharkam Polri, dalam keterangannya pada Rabu (6/11/2024), menyampaikan bahwa Lilu adalah salah satu K9 atau anjing pelacak terbaik yang dimiliki Polri. “Lilu memiliki kualifikasi pelacak narkotik dan telah terlibat dalam berbagai operasi besar. Dia merupakan aset penting bagi kami dalam menangani kasus narkoba,” ujar Subarkah.

Selain Lilu, Polri juga memiliki Wibawa, seekor anjing jantan ras Malinois yang tak kalah tangguh. Wibawa dilahirkan pada 4 Januari 2015 dan memiliki spesialisasi dalam pelacakan dengan kualifikasi umum. Salah satu kasus besar yang pernah ditanganinya adalah kasus perburuan cula badak di Taman Nasional Ujung Kulon. Pada Mei 2024, Wibawa dilibatkan dalam operasi penyelidikan kasus perburuan cula badak Jawa yang memakan waktu panjang dan penuh tantangan.

Kasus ini bermula ketika pihak Balai Taman Nasional Ujung Kulon mengirimkan surat resmi kepada Direktorat Polisi Satwa Korsabhara Baharkam Polri, meminta bantuan anjing pelacak untuk mencari pelaku perburuan. Wibawa dengan sigap menjalankan tugasnya, berhasil menemukan barang bukti berupa tiga senjata api rakitan serta empat senjata angin yang disembunyikan di sebuah saung warga. Tak hanya itu, dengan bantuan Wibawa, tim Polri juga berhasil menangkap seorang buronan bernama Atang (29) yang telah lama menjadi target pencarian terkait kasus perburuan ini.

Menurut Brigjen Ahmad Subarkah, keberhasilan ini membuktikan bahwa Wibawa bukan hanya memiliki keterampilan pelacakan yang luar biasa, tetapi juga mampu bekerja dalam kondisi medan yang sulit. “Wibawa adalah salah satu K9 kami yang paling serba guna dan mampu beradaptasi di berbagai situasi,” kata Subarkah.

Dalam operasi yang sama di Ujung Kulon, Wibawa tidak bekerja sendirian. Roby, seekor anjing ras German Shepherd, juga turut serta membantu dalam pelacakan jejak buronan kasus perburuan cula badak. Roby memiliki kualifikasi pelacakan umum yang setara dengan Wibawa dan sering kali menjadi partner dalam operasi-operasi di lapangan. Roby tidak hanya membantu dalam pelacakan pelaku kriminal, tetapi juga telah berperan dalam beberapa operasi penyelamatan lainnya.

Subarkah menjelaskan bahwa keberadaan Roby dan Wibawa sebagai anjing pelacak umum sangat penting dalam berbagai kasus, khususnya yang membutuhkan keterampilan mendeteksi jejak di lingkungan yang sulit. “Roby dan Wibawa menjadi andalan kami dalam menangani kasus perburuan dan berbagai kasus kriminal lainnya,” tambahnya.

Selain anjing-anjing pelacak untuk narkoba dan pelacakan umum, Polri juga memiliki Arco, anjing jantan ras Malinois yang handal dalam melacak bahan peledak. Arco, yang lahir pada 17 Januari 2017, telah terlibat dalam berbagai operasi pengamanan acara-acara besar, termasuk perhelatan kenegaraan. Sejak tahun 2018, Arco telah berkali-kali diturunkan untuk memastikan keamanan di berbagai acara penting, mulai dari pengamanan Pilpres dan Pelantikan Presiden-Wakil Presiden pada 2018-2019, Asian Games 2018, Operasi Lilin 2019, Operasi Ketupat 2020, hingga sterilisasi Rutan Mako Brimob pasca kerusuhan.

Pengalaman Arco tidak berhenti di situ. Dia juga dilibatkan dalam pengamanan istana negara saat ada kunjungan tamu kenegaraan, pengamanan KTT G20 di Bali, serta pengamanan untuk World Superbike (WSBK) dan MotoGP di Sirkuit Mandalika, Lombok, NTB. Tak hanya itu, Arco juga berperan dalam pengamanan KTT ASEAN di Labuan Bajo, NTT, dan Jakarta, serta KTT AIS di Bali. Operasi terbarunya adalah pengamanan Pelantikan Presiden dan Wakil Presiden terpilih, Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka, yang diadakan tahun ini.

Brigjen Subarkah menegaskan bahwa kehadiran Arco sebagai pelacak bahan peledak sangat penting dalam menjaga keamanan negara dari ancaman teror. “Arco telah terbukti handal dalam mendeteksi bahan peledak dan memastikan keamanan di berbagai acara besar. Dia menjadi anjing andalan kami dalam bidang ini,” ujarnya.

Selain anjing pelacak untuk narkoba, pelacakan umum, dan bahan peledak, Polri juga memiliki Lupita, anjing betina ras Labrador berusia sembilan tahun yang berperan besar dalam operasi Search and Rescue (SAR). Bersama pawangnya, Aipda Hamid, Lupita sering kali diturunkan dalam operasi pencarian korban bencana alam baik di dalam maupun luar negeri.

Pengalaman Lupita dalam operasi SAR sangat luas, mulai dari Operasi Aman Nusa II pada 2018 saat terjadi bencana gempa di Lombok, NTB, hingga pencarian korban gedung runtuh di Jakarta Barat pada 2019. Yang terbaru, Lupita terlibat dalam Operasi Aman Nusa di Gunung Semeru setelah gunung tersebut mengalami erupsi besar tahun ini. Keberadaan Lupita membantu mempercepat proses pencarian dan penyelamatan korban bencana, khususnya dalam situasi darurat dan medan yang sulit.

Brigjen Ahmad Subarkah menuturkan bahwa Lupita telah menjadi bagian dari keluarga besar K9 yang memiliki jasa besar bagi masyarakat. “Lupita adalah salah satu anjing SAR kami yang paling senior. Dia sangat berdedikasi dan telah menyelamatkan banyak nyawa dalam operasi pencarian korban bencana alam,” ungkap Subarkah.

Kehadiran anjing-anjing pelacak ini menunjukkan peran vital mereka dalam mendukung tugas-tugas kepolisian yang tidak dapat dilakukan oleh manusia semata. Mulai dari Lilu yang membantu penangkapan jaringan narkoba besar, Wibawa dan Roby yang turut melacak pelaku kejahatan terhadap satwa dilindungi, Arco yang memastikan keamanan acara kenegaraan, hingga Lupita yang setia mencari korban bencana, semua anjing ini merupakan garda terdepan dalam menjaga keamanan dan keselamatan masyarakat.

Dengan berbagai kemampuan unik yang dimiliki, K9 Polri terus menjadi bagian tak terpisahkan dalam operasi penegakan hukum, pengamanan, dan penyelamatan. Mereka bekerja bukan hanya untuk memenuhi tugasnya sebagai pelacak, tetapi juga sebagai pahlawan tak terlihat yang berjasa besar dalam kehidupan masyarakat. (dkd)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here