Muba, bidiksumsel.com – Gelombang dukungan terhadap mantan Gubernur Sumatera Selatan H. Alex Noerdin kian membesar dari hari ke hari. Di berbagai pelosok daerah, suara masyarakat terus mengalir, menyerukan harapan agar Presiden Prabowo Subianto mempertimbangkan amnesti atau abolisi bagi tokoh yang mereka sebut sebagai pelopor sekolah gratis dan berobat gratis di Bumi Sriwijaya itu.
Bagi banyak warga, nama Alex Noerdin bukan sekadar tokoh politik. Ia adalah sosok yang meninggalkan jejak nyata dalam kehidupan masyarakat, terutama bagi kalangan kurang mampu.
Salah satu suara dukungan datang dari Sudarman, seorang pemuda disabilitas asal Kabupaten Musi Banyuasin (Muba). Dengan suara bergetar, ia menceritakan bagaimana program pendidikan gratis yang digagas Alex Noerdin telah mengubah jalan hidupnya.
“Kalau bukan Pak Alex Bupati Mubanya dulu, saya tidak akan tamat sekolah. Saya ini bukan dari keluarga mampu, tapi waktu itu saya bisa sekolah tanpa biaya. Itu karena program beliau,” ujar Sudarman penuh haru.
Sudarman kini menjadi simbol nyata dari keberhasilan program sosial yang digagas sang mantan gubernur. Ia bukan satu-satunya di berbagai daerah lain, banyak warga yang merasakan hal serupa.
“Pak Alex adalah orang yang berpikir maju. Beliau pantas diberi gelar Visioner dan Bapak Pembangunan Sumatera Selatan,” tambahnya.
Bagi Sudarman, sosok Alex Noerdin adalah contoh nyata pemimpin yang tidak hanya memimpin dari balik meja, tapi hadir langsung di tengah masyarakat dengan program yang berpihak pada rakyat kecil.
Program “Sekolah Gratis dan Berobat Gratis” yang diluncurkan Alex Noerdin semasa menjabat Gubernur Sumsel, kini menjadi warisan yang masih dikenang banyak orang.
Program tersebut membuka akses pendidikan dan kesehatan bagi ribuan masyarakat yang sebelumnya kesulitan menjangkau layanan dasar.
Kini, ketika berbagai elemen masyarakat mulai bersuara agar Presiden Prabowo memberi perhatian khusus pada nasib Alex Noerdin, narasi publik yang muncul bukan hanya tentang hukum melainkan tentang nilai kemanusiaan, jasa, dan pengabdian.
Beberapa kelompok masyarakat bahkan telah mengirimkan surat terbuka kepada Presiden, berisi permintaan agar pemerintah mempertimbangkan langkah amnesti atau abolisi, dengan alasan kontribusi besar Alex Noerdin terhadap pembangunan Sumatera Selatan.
Selain dari kalangan masyarakat umum, dukungan juga datang dari komunitas pemuda, aktivis sosial, tokoh agama, hingga penyandang disabilitas.
Media sosial pun menjadi wadah utama bagi warga yang menyuarakan aspirasinya.
Tagar seperti #AmnestiUntukAlexNoerdin dan #TerimaKasihPakAlex sempat ramai di berbagai platform.
Di Kabupaten Musi Banyuasin, beberapa komunitas pemuda mengadakan doa bersama dan aksi simpatik sebagai bentuk penghormatan terhadap jasa mantan Gubernur dua periode tersebut.
“Kami tidak bicara soal politik, tapi tentang rasa terima kasih. Beliau pernah berjasa besar untuk Sumatera Selatan,” ujar seorang tokoh masyarakat di Sekayu.
Bagi masyarakat seperti Sudarman, dukungan ini bukan sekadar nostalgia. Ia mewakili harapan agar pemerintah memberi penghargaan yang layak bagi pemimpin yang telah berjasa.
“Semoga suara kami didengar oleh Bapak Presiden Prabowo. Kami ingin beliau melihat sisi kemanusiaan dan jasa besar Pak Alex untuk rakyat,” tutur Sudarman.
Ia berharap agar momentum ini menjadi refleksi bagi para pemimpin daerah saat ini bahwa keberhasilan bukan hanya diukur dari kekuasaan, tetapi dari warisan nyata yang dirasakan masyarakat.
Bagi rakyat Sumatera Selatan, nama H. Alex Noerdin sudah lekat sebagai simbol pembangunan dan inovasi sosial.
Julukan “Bapak Pembangunan Sumatera Selatan” bukan tanpa alasan di bawah kepemimpinannya, Sumsel mengalami kemajuan pesat di berbagai sektor, termasuk pendidikan, kesehatan, dan infrastruktur olahraga.
Kini, ketika masyarakat kembali mengangkat suaranya, semangat itu terasa seperti pengakuan moral atas jasa seorang pemimpin yang telah menorehkan sejarah.
Dan di antara jutaan suara itu, kisah sederhana dari seorang pemuda disabilitas asal Muba menjadi pengingat: bahwa kebaikan seorang pemimpin sejati akan selalu hidup di hati rakyatnya. (ari)