Palembang, bidiksumsel.com – Kabar menggembirakan datang dari langit Palembang. Bandara Sultan Mahmud Badaruddin II (SMB II) resmi kembali menyandang status bandara internasional. Keputusan ini tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 26 Tahun 2025, menandai kembalinya Palembang sebagai gerbang udara Sumatera Selatan ke kancah global.
Penerbangan langsung dari Palembang ke Kuala Lumpur pun telah dibuka kembali, membuka arus masuk dan keluar wisatawan, pebisnis, dan produk ekspor-impor secara lebih mudah dan cepat. Namun di balik kabar gembira ini, terbentang tugas besar bagi Sumatera Selatan, terutama dalam penyediaan produk dan layanan yang layak secara global, termasuk di sektor peternakan dan pariwisata halal.
Menurut Dr. drh. Jafrizal, MM, Dokter Hewan Ahli Madya Provinsi Sumsel, status internasional bandara membawa konsekuensi serius terhadap standar produk peternakan, terutama daging dan telur ayam, dua komoditas pangan utama yang sering dikonsumsi wisatawan.
“Produk harus bebas dari kontaminasi biologis, kimia, dan fisik. Harus bebas dari penyakit seperti flu burung, PMK, brucellosis, serta residu antibiotik,” tegas Jafrizal.
Artinya, proses dari hulu ke hilir mulai dari pemeliharaan ternak, pemotongan, pengemasan, hingga distribusi harus terjamin mutunya dan bisa ditelusuri jejaknya. Sistem seperti Good Slaughtering Practice (GSP) menjadi standar yang wajib diterapkan di Rumah Potong Hewan (RPH).
Tak hanya GSP, setiap produk juga harus memiliki Nomor Kontrol Veteriner (NKV) terutama Level I untuk membuktikan bahwa produk telah melalui proses pengawasan kesehatan hewan yang ketat dan sesuai standar nasional bahkan internasional.
Di tengah geliat penerbangan internasional, sektor wisata halal menjadi andalan baru yang ingin dikembangkan oleh Sumsel. Terlebih dengan koneksi langsung ke Malaysia negara mayoritas muslim dengan minat tinggi terhadap wisata budaya dan kuliner Indonesia.
“Sertifikasi halal adalah kunci. Tidak hanya untuk ekspor, tapi juga sebagai jaminan kenyamanan bagi wisatawan muslim. Kita harus menjadikan ini budaya layanan, bukan sekadar formalitas,” jelas Jafrizal.
Sertifikasi halal diperlukan tidak hanya untuk produk daging, tapi juga makanan olahan seperti :
- Pempek,
- Mi celor,
- Martabak har,
- dan berbagai jajanan lokal khas Palembang.
Semua ini harus dapat dijamin halal jika Sumsel ingin mengunci loyalitas wisatawan muslim mancanegara, terutama dari Malaysia, Brunei, dan Timur Tengah.
Dalam sistem jaminan halal dan keamanan pangan, RPH menjadi garda terdepan. Setiap RPH harus memiliki sertifikat halal resmi agar seluruh produk daging yang dihasilkan dapat dinikmati tanpa ragu oleh konsumen.
Namun, tantangan terbesar justru ada di sektor UMKM. Ribuan pelaku usaha kecil di bidang kuliner dan makanan olahan belum semua memiliki sertifikat halal, baik karena kendala biaya, informasi, maupun proses.
Oleh karena itu, Dinas Peternakan Provinsi Sumsel didorong untuk melakukan pembinaan massal, membantu proses sertifikasi halal dan NKV bagi UMKM. Kolaborasi lintas instansi sangat diperlukan, termasuk :
- Badan Penyelenggara Jaminan Produk Halal (BPJPH)
- Majelis Ulama Indonesia (MUI)
- Dinas Perdagangan
- Dinas Perindustrian
- dan tentunya Dinas Pariwisata.
Tak cukup hanya produk. Promosi dan kemudahan informasi juga harus ditingkatkan. Sumsel bisa mencontoh destinasi halal lain dengan :
- Aplikasi mobile wisata halal, memuat lokasi restoran halal, tempat ibadah, dan hotel ramah muslim
- Paket wisata halal terintegrasi (kuliner, budaya, sejarah)
- Promosi aktif rute internasional Palembang-Kuala Lumpur
- dan kerjasama dengan agen perjalanan luar negeri.
Sertifikasi halal bukan sekadar alat kontrol mutu. Ia juga alat promosi, membangun kepercayaan konsumen global dan membuka pasar ekspor kuliner.
Sumsel memiliki semua modal untuk menjadi destinasi wisata halal kelas dunia : budaya Islam yang kental, kekayaan kuliner, infrastruktur bandara, dan sekarang akses internasional yang terbuka lebar.
“Ke depan, kita harus menjadikan wisata halal bukan sekadar konsep, tapi budaya dan standar layanan di semua lini,” tutup Jafrizal. (dkd)