JAKARTA – Seorang pria berpakaian kemeja batik sedang menaiki anak tangga menuju lantai 3 di salah satu ruko Jalan Raya Mulyosari, Kota Surabaya. Biasanya, ruang kelas di sana ramai oleh anak-anak yang sedang belajar tentang robotika. Tapi, ruang kelas itu kini tampak lengang.
Pengajar itu pun duduk di kursinya dan bergegas membuka laptop dan masuk ke sebuah tautan Zoom.
“Selamat datang di kelas online Adicita Wiraya Guna [AWG], bagi siswa baru bisa memanggil saya Mas Hendro,” ujar Hendro Yulius Putro, sosok pengajar yang mendirikan sekolah dan yayasan AWG yang mengajari sekitar 380 anak-anak khusus mengenai robotika. Saat ini AWG membawahi 21 sekolah di Surabaya, Solo, Pasuruan, Gresik, Palu hingga Sorong.
Di tengah kesibukannya menyiapkan materi sekolah robotika secara daring, Hendro sedang mengembangkan Zedemy.com, kepanjangan dari Gen Z Academy, sebuah platform digital yang mengintegrasikan media sosial, pembelajaran sekolah, dan keahlian yang di dalamnya terdapat teknologi dan robotika agar mampu berkolaborasi.
“Selama pandemi berlangsung, kami tengah disibukkan dengan pengembangan Zedemy.com. Inisiasi tersebut dikembangkan untuk menghadapi pandemi COVID-19 agar visi kami untuk membuat anak-anak Indonesia dapat memahami ilmu teknologi secara maksimal tetap tersalurkan,” ungkap perakit robot rescue.
Sebagai langkah nyata lainnya dalam menghadapi pandemi COVID-19, Hendro bersama anak-anak didiknya di SMA 2 Muhammadiyah Surabaya tengah mengembangkan inovasi teknologi New Normal Money Sterilization and Fake Money Detector atau disingkat dengan NEMEN FMD.
“Bagi saya, kunci agar dapat terus berinovasi adalah kesadaran mengenai kemampuan, memiliki hasrat serta sadar terhadap lingkungan sekitar. Dengan ide yang sederhana tetapi berkelanjutan, pengembangan NEMEN FMD dicetuskan. Inovasi teknologi tersebut dimanfaatkan sebagai alat untuk meminimalkan penyebaran COVID-19 melalui media uang dengan cara mensterilkan uang tersebut ketika terjadi transaksi oleh masyarakat,” ucap pria yang pernah menjadi guru fisika.
Membangun Kesadaran Teknologi
Kegigihan Hendro dalam mengedukasi masyarakat dan meningkatkan kesadaran terhadap teknologi telah dimulai sejak tahun 2011. Berawal dengan mencari program unggulan untuk membantu sekolah tempatnya mengajar yang kekurangan murid, hingga akhirnya mampu menciptakan berbagai jenis robot yang berprestasi di mancanegara.
Hendro beranggapan tantangan terbesar dalam membangun kesadaran peran teknologi untuk anak-anak Indonesia adalah kurikulum pendidikan Indonesia yang belum secara sempurna membangun kesadaran mengenai sebuah proyek khususnya dalam penerapan teknologi.
“Masa depan hanya milik orang-orang yang menyiapkan sekarang. Kelak teknologi akan mendisrupsi dalam banyak hal. Perlu meningkatkan kepedulian dan kesadaran sejak dini terhadap teknologi agar mampu untuk terus belajar dan berkarya,” ujar Hendro.
Kegigihan tersebut pada akhirnya mampu mengantarkan Hendro sebagai penerima apresiasi Semangat Astra Terpadu Untuk (SATU) Indonesia Awards 2019 bidang teknologi setelah lebih dari dua kali mengalami kegagalan masuk nominasi SATU Indonesia Awards sebelumnya.
“Saya tidak berputus asa untuk selalu mencoba masuk nominasi SATU Indonesia Awards karena saya yakin SATU Indonesia Awards merupakan sebuah ajang yang mampu membantu masyarakat yang memiliki program untuk masyarakat secara luas agar dapat berjalan lebih luas dan maksimal. SATU Indonesia Awards merupakan gerbang untuk membuka koneksi yang luas, menciptakan kolaborasi-kolaborasi baru yang bermanfaat antar bidang dan berdampak secara luas untuk masyarakat,” ucap Hendro. (dan/imn)
Editor : Ka.Dante