Banjir Rendam Lima Desa di Pulau Rimau, Petani Banyuasin Terpaksa Panen Lebih Awal
Banyuasin, bidiksumsel.com – Puluhan petani di Kecamatan Pulau Rimau, Kabupaten Banyuasin, harus menelan pil pahit akibat banjir besar yang merendam sawah mereka. Akibatnya, mereka terpaksa memanen padi lebih awal meskipun hasilnya jauh dari memuaskan.
Banjir yang disebabkan oleh luapan Sungai Bantung ini tidak hanya merusak tanaman padi, tetapi juga melumpuhkan aktivitas warga di lima desa, yaitu Desa Tabuan Asri, Senda Mukti, Tirta Mulya, Buana Murti, dan Banjar Sari. Kondisi ini diperparah dengan buruknya infrastruktur jalan yang semakin memperberat beban para petani dalam mengangkut hasil panen mereka.
Kerugian Petani Akibat Panen Dini
Seorang petani setempat, Iwan, mengungkapkan kekhawatirannya terhadap kondisi ini. Ia menjelaskan bahwa panen dini berdampak pada kualitas hasil padi, yang otomatis menurunkan harga jual di pasar.
“Padinya pasti kurang bagus, dan pastinya lagi harga jual menurun. Kami berharap ada bantuan dari Pemerintah Banyuasin dan dinas terkait untuk mengatasi permasalahan banjir ini serta jalan yang rusak,” keluhnya.
Lebih lanjut, Iwan menjelaskan bahwa buruknya kondisi jalan juga memperburuk situasi. Akses jalan yang rusak menyebabkan biaya transportasi hasil panen melonjak, bahkan sering kali panen tidak dapat diangkut tepat waktu.
“Kondisi jalan yang buruk menyebabkan biaya transportasi meningkat dan bahkan kadang panen tidak bisa diangkut tepat waktu,” tambahnya.
Penyebab Banjir : Pendangkalan Sungai dan Curah Hujan Tinggi
Reza Agust Perdana, Kepala Pelaksana BPBD Banyuasin, menjelaskan bahwa banjir di Kecamatan Pulau Rimau disebabkan oleh beberapa faktor utama.
“Intensitas curah hujan yang tinggi dan adanya pendangkalan di sepanjang Sungai Bantung menuju Sungai Air Sugihan menjadi penyebab utama banjir ini,” ujar Reza saat dikonfirmasi wartawan pada Rabu sore.
Reza menambahkan bahwa upaya penanggulangan banjir telah dirumuskan. Salah satu solusi yang diusulkan adalah normalisasi sungai dan pembangunan pintu-pintu air di titik-titik rawan banjir.
“Kami telah melakukan rapat koordinasi dengan melibatkan stakeholder terkait untuk melakukan normalisasi sungai dan mengajukan permohonan bantuan ke BNPB Pusat,” katanya.
Dampak Infrastruktur Buruk terhadap Petani dan Ekonomi Desa
Banjir ini juga menyoroti buruknya infrastruktur di Pulau Rimau, terutama jalan yang menjadi akses utama para petani. Kondisi jalan yang rusak parah menghambat mobilitas warga, khususnya dalam transportasi hasil panen.
“Jalan rusak tidak hanya mempersulit aktivitas warga, tetapi juga membuat biaya pengangkutan hasil panen semakin mahal. Dampaknya, ekonomi desa jadi lumpuh,” ungkap Iwan.
Selain itu, akses jalan yang buruk juga memperlambat distribusi bantuan, sehingga banyak warga yang merasa kurang mendapatkan perhatian dari pemerintah daerah.
Seruan Petani : Tindakan Cepat dari Pemerintah
Para petani dan warga Kecamatan Pulau Rimau berharap agar pemerintah Kabupaten Banyuasin segera mengambil langkah nyata untuk mengatasi banjir dan memperbaiki infrastruktur jalan.
“Kami sangat berharap ada bantuan nyata dari pemerintah, baik untuk menangani banjir maupun memperbaiki jalan yang rusak,” ujar Iwan mewakili suara petani lainnya.
Perlu Tindakan Cepat dan Tepat Sasaran
Bencana banjir di Pulau Rimau ini menjadi pengingat bahwa perhatian serius terhadap pengelolaan sungai dan infrastruktur desa sangat diperlukan. Langkah-langkah seperti normalisasi sungai, pembangunan pintu air, dan perbaikan jalan harus segera direalisasikan untuk mencegah kerugian lebih besar di masa depan.
Dengan koordinasi yang baik antara BPBD, pemerintah daerah, dan masyarakat, diharapkan masalah banjir dan infrastruktur di Banyuasin dapat segera teratasi, sehingga petani tidak lagi menanggung kerugian besar akibat kondisi alam yang tak menentu. (bd)