Beranda Sumsel OKUS Rumah Tangga Sekwan OKU Selatan di Ujung Tanduk : Istri Menangis, Suami...

Rumah Tangga Sekwan OKU Selatan di Ujung Tanduk : Istri Menangis, Suami Membantah!

fhoto : bidiksumsel.com/Bd

Drama Rumah Tangga Sekwan OKU Selatan : Saling Bantah dan Harapan untuk Bertahan

OKU Selatan, bidiksumsel.com – Isu perceraian yang melibatkan Sekretaris Dewan (Sekwan) Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) Selatan, JA (38), dan istrinya, Yunita Tri, kembali menjadi sorotan publik.

Dalam dinamika rumah tangga yang diterpa ketidakharmonisan, kedua belah pihak mengeluarkan pernyataan berbeda terkait tuduhan talak yang disebut-sebut telah dijatuhkan oleh JA.

Dikonfirmasi pada Jumat malam (27/12/2024) melalui sambungan telepon, JA dengan tegas membantah tuduhan bahwa ia telah menjatuhkan talak kepada istrinya. Menurutnya, isu tersebut tidak benar dan justru ia berusaha untuk mempertahankan pernikahan mereka.

“Tidak benar saya melakukan itu (menjatuhkan talak). Saya malah ingin mempertahankan rumah tangga ini,” ujar JA.

Lebih lanjut, JA mengungkapkan bahwa ia masih menjalankan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga dengan memberikan nafkah kepada anak-anak dan istrinya. “Setiap minggu saya tetap memberikan nafkah untuk anak-anak, dan setiap bulan juga mengirimkan untuk istri. Ada buktinya. Meskipun di luar terlihat seperti kami sering bertengkar, saya tetap bertanggung jawab,” tegasnya.

JA berharap agar masalah ini tidak diperpanjang dan meminta istrinya untuk menjaga nama baik keluarga yang telah mereka bina selama ini. “Saya berharap masalah ini tidak dibesar-besarkan. Sampai saat ini, saya tetap berusaha mempertahankan keluarga ini,” katanya.

Berbeda dengan pernyataan JA, Yunita Tri, istri dari Sekwan OKU Selatan, justru mengungkapkan bahwa suaminya telah menjatuhkan talak kepadanya. Hal ini, menurut Yunita, terjadi di tengah hubungan rumah tangga mereka yang sedang tidak harmonis.

“Hari ini, tepatnya pukul 11 siang, suami saya menanyakan kembali tentang kelanjutan rumah tangga kami,” ujar Yunita saat ditemui.

Yunita menjelaskan bahwa percakapan tersebut dilakukan melalui aplikasi WhatsApp. Namun, ia mengaku bahwa pesan-pesan dari suaminya sering dihapus setelah dikirim. “Pesan-pesan itu sering dihapusnya, tapi saya sempat mengambil tangkapan layar. Saya merasa itu seperti ancaman,” ungkap Yunita.

Meski demikian, Yunita mengakui bahwa suaminya masih menunjukkan keinginan untuk mempertahankan rumah tangga. “Dia masih mengatakan ingin mempertahankan hubungan kami,” tambahnya.

Namun, kecurigaan Yunita semakin kuat setelah JA meminta buku nikah mereka. Menurut Yunita, permintaan tersebut mengindikasikan bahwa suaminya akan mengurus proses perceraian. “Dia sudah meminta buku nikah, dan saya merasa dia akan mengurus sesuatu,” ungkapnya dengan nada kecewa.

Dalam pernyataannya, Yunita tak kuasa menahan air mata. Ia mengaku bingung dan merasa menjadi korban dalam situasi ini. “Saya bingung. Siapa sebenarnya yang salah? Saya ini korban. Atas dasar apa ini semua terjadi?” ujarnya sambil terisak.

Yunita, yang bekerja di sebuah perusahaan BUMD, mengungkapkan bahwa keputusan suaminya membuatnya kecewa. “Saya hanya ingin kejelasan. Jika memang ada masalah, sebaiknya diselesaikan dengan baik, bukan seperti ini,” tambahnya.

Kasus ini mencerminkan betapa kompleksnya dinamika rumah tangga yang tidak hanya melibatkan pasangan suami istri, tetapi juga tekanan sosial dan tanggung jawab keluarga. JA, sebagai pejabat publik, menyadari bahwa setiap langkahnya menjadi sorotan, terutama dalam isu yang melibatkan kehidupan pribadinya.

Sementara itu, Yunita merasa berada di persimpangan antara mempertahankan rumah tangganya atau menerima kenyataan pahit jika talak benar-benar dijatuhkan. Dengan komunikasi yang tidak jelas dan kerap kali terputus, konflik ini semakin sulit untuk diselesaikan.

Dalam situasi seperti ini, mediasi dari pihak ketiga, seperti keluarga atau konselor pernikahan, dapat menjadi solusi untuk meredakan ketegangan. Kedua belah pihak perlu duduk bersama untuk membahas masalah yang ada secara terbuka dan jujur.

JA sendiri menegaskan bahwa ia masih memiliki harapan untuk memperbaiki hubungan rumah tangganya. Namun, hal tersebut membutuhkan komitmen dan kesediaan dari kedua belah pihak untuk bekerja sama.

Sementara itu, publik menanti perkembangan lebih lanjut dari kasus ini. Apakah pasangan ini akan mampu menyelesaikan konflik mereka dan mempertahankan rumah tangga, ataukah keputusan pahit harus diambil? (Bd)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here