Target Tahun 2022 Sudah Produksi dan Bisa Dinikmati Masyarakat
Banyuasin, bidiksumsel.com – Bupati Banyuasin H. Askolani SH MH melaksanakan peletakan batu pertama pembangunan pabrik air minun dalam kemasan (AMDK) ‘BETUAH’ milik Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Banyuasin di Desa Sukomoro Kecamatan Talang Kelapa Kabupaten Banyuasin. Rabu, (25/08/2021).
Proyek ini akan dikerjakan oleh Kontraktor Pelaksana CV Diva Jaya Bersama dengan Konsultan Suvervisi CV Medelline Arch.
Askolani mengatakan, sejak awal dirinya di lantik bersama wakil Bupati Slamet Somosentono SH berpikir bagaimana untuk mengelola Sumber Daya Alam (SDA) di Kabupaten Banyuasin menjadi sumber PAD untuk pembangunan.
“Salah satunya dengan memanfaatkan air tanah yang melimpah ruah yang ada di Kecamatan Talang Kelapa. Air tanah kita banyak, tapi kita tidak punya air minum dalam kemasan yang bermerek milik Pemkab Banyuasin. Maka dari itu ditahun 2019 lalu, saya minta dilakukan kajian untuk bangun pabrik air minum dalam kemasan, di daerah ini,” ungkapnya.
Namun, karena banyaknya mekanisme, prosedur dan aturan yang harus di Penuhi, maka baru bisa dilaksanakan tahun 2021 ini.
“Kalau keinginan saya di tahun 2019 lalu sudah dibangun, tapi ada tahapan yang harus kita ikuti secara baik. Dan Alhamdulillah hari ini kita mulai bangun pabriknya, 2022 target kita sudah produksi,” tegasnya.
Untuk penamaan merek Air Minum Betuah, tentu saja memiliki makna nya yakni mujur, baik dan menguntungkan. “Dan sudah kami daftarkan di Kementerian Hukum HAM,” tegasnya.
Selain itu, Kabupaten Banyuasin juga sudah memiliki pabrik Kelapa di Desa Teluk Payo yang dibangun Kementerian Perdagangan dan pengelolaannya diserahkan ke Kabupaten Banyuasin. “Namun terkendala aturan sehingga prosesnya lamban, padahal produk kelapa Banyuasin siap ekspor,” katanya.
Bupati Askolani juga menyatakan, bahwa kabupaten Banyuasin secara nasional, merupakan nomor 4 untuk produksi beras di Indonesia.
“Insya Allah tahun 2021 ini bisa naik peringkat ke nomor 2. Dari capaian itu maka timbul ide kita untuk membuat brand beras Sedulang setudung yang mencerminkan produksi lokal Kabupaten Banyuasin,” ujarnya.
Sejauh ini, kabupaten Banyuasin belum punya pabrik sendiri sehingga masih kerjasama dengan rakyat. Inilah yang membuat pihak nya kurang puas. “Sangat berharap beras kita bisa di ekspor maka kita harus bangun pabrik beras sendiri,” paparnya.
Banyuasin Bangkit Adil Sejahtera harus di wujudkan, berbagai cara akan di lakukan pihaknya termasuk dengan skema pinjaman daerah sebesar Rp 288 Milyar yang Insya Allah tahun ini lunas. “Selain itu pinjaman PEN kita Alhamdulillah disetujui Rp 191 miliar sehingga kita akan kembali bisa melakukan pembangunan,” imbuhnya.
Sementara, Kepala Dinas Perumahan Rakyat, Kawasan Permukiman dan Pertanahan (DISPERKIMTAN) Kabupaten Banyuasin Ir Zulkifli Idrus M.Tp menjelaskan, pembangunan pabrik AMDK merupakan pembangunan berskala besar dan bernilai strategis. Dan peletakan batu pertama ini sebagai bentuk keseriusan dan komitmen kerjasama yang baik.
“Pabrik Air Minum Dalam Kemasan ini ide orisinil dari Bupati dan Wabup. Di 2019 lalu kami dapat pesan dari pak bupati untuk bangun pabrik dan pembangunan tugu batas di km 12 yang merupakan pengganti dari tugu batas yang sudah ada dan di nilai sudah tidak layak lagi,” ulasnya.
Untuk itu, pihaknya sudah menjabarkan perintah ini melalui suatu kajian visibilitis studi untuk pembangunan pabrik air minum dalam kemasan ini dan juga menyusun Detil Engenering Desain (DID) Tahun 2020 sekaligus juga melalui anggaran Disperkimtan pihaknya telah membebaskan lahan seluas 6402 meter persegi.
“Lahan ini awalnya adalah sebuah lahan usaha yang memanfaatkan sumber air baku air tanah berupa sumur bor untuk di jual secara komersil tapi belum berbentuk pabrik, baru berbentuk air curah,” ucapnya.
Tahun 2020, pihaknya bebaskan dengan anggaran biaya tahun anggaran 2021 Rp 1,97 miliar. Kemudian proses SOS dan DID tahun 2020, lalu kajian lingkungan UKL UPL tahun 2021.
“Untuk tahap uji laboratorium sumber air baku dilakukan oleh Balai Teknik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit di Palembang dan secara keseluruhan nilai ataupun hasil dari visibilitis studi menyebutkan bahwa lahan yang dibebaskan ini sangat layak dikembangkan menjadi pabrik air minum dalam kemasan,” tandasnya.
Zulkifli juga menjelaskan, bahwa di Kecamatan Talang kelapa khususnya di kelurahan Sukomoro dan Sukajadi saat ini sudah ada 11 pabrik AMDK. “Keberadaan 11 pabrik AMDK ini menggambarkan bagaimana ekonomi yang berbasis kepada pemanfaatkan air baku,” tuturnya.
Seperti yang di ketahui bahwa air baku ini tidak semua areal memiliki sumber air baku sebaik yang kita punya. “Air baku yang ada di wilayah ini sangat baik dan sangat cocok untuk dikembangkan pabrik AMDK yang tentu saja akan tumbuh ekonomi dan membantu pemerintah dalam meningkatkan PAD,” ujarnya.
Adapun target produksi dari pabrik AMDK menurut visibilitis studi di rencanakan bisa mencapai maximal 6000-7000 karton perhari. “Maka dari itu diperlukan antara 8000 – 10000 liter air baku yang sudah terolah, untuk siap dikemas baik dalam bentuk cup maupun dalam bentuk botol,” ungkapnya.
Rencananya mungkin tahap nantinya pada saat awal produksi diperkirakan 446 karton untuk yang ukuran 240 mililiter dan 300 karton botol yang ukuran 600 mililiter.
Untuk anggaran konstruksi Rp 6,3 Miliar dan konsultan Rp 100 juta. Bangunan awal yang dibangun berupa bangunan produksi seluas 225 m, pos jaga, rumah genset, gudang limba B3, sumur bor, reservor air, dan fasilitas pendukung lainnya.
“Dan untuk sampai produksi, kita masih kurang dana Rp 4,5 miliar, untuk Elektrikal, pagar dan saluran drainase. Artinya berdasarkan visibility study Rp 10-11 miliar biaya seluruh,” tutupnya. (dkd)