Palembang, bidiksumsel.com – Kembali dalam rangka mencerdaskan generasi muda akan pentingnya mengetahui ideologi bangsa, Anggota DPR RI sekaligus Anggota MPR RI Ir. H. Eddy Santana Putra.MT (ESP) kembali menyasar sekolah untuk mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan.
Sekolah yang disosialisasikan ESP kali ini di sekolah SMA Pusri Palembang. Dengan materi yang sama yakni Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhineka Tunggal Ika.
Kedatangan ESP beserta rombongan mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan dihadiri Kepala Sekolah SMA Pusri Palembang, para guru, dan ratusan siswa. Selasa, (23/01/2024).
ESP bercerita, pencetus Empat Pilar Kebangsaan merupakan putra asli Sumatera Selatan yakni Taufik Kiemas, yang mewajibkan seluruh anggota MPR RI untuk mensosialisasikan Empat Pilar Kebangsaan kepada masyarakat.
“Empat pilar kebangsaan ini adalah warisan ideologi dari nenek moyang kita, dari dulu sudah disebutkan di Pancasila tapi yang disebutkan hanya butir-butirnya saja yaitu 5 sila,” ujarnya.
Ditambahkannya, lahirnya Pancasila itu berproses, mulanya tanggal 01 Juni 1945 lahirnya Pancasila itu dicetuskan Ir. Soekarno (bapak bangsa Indonesia) yang merupakan Presiden RI yang pertama, berproses pada tanggal 22 Juni 1945 terbentuklah panitia sembilan (panitia kecil) BPUPKI (Badan Penyidik Usaha-usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia).
“Panitia yang mempersiapkan kemerdekaan Indonesia memasukkannya kedalam piagam Jakarta, sehingga pada 18 Agustus 1945 dilaksanakan sidang BPUPKI itu menetapkan pembukaan UUD 1945 adalah Pancasila yang seperti sekarang. Dan sebelum seperti sekarang ketika itu ada protes dari agama selain Islam tentang ketuhanan bagi beragama islam, sehingga Soekarno-Hatta, Muhamad Yamin, A. Maramis, Subagjo, KH. Wahid Hasyim, Agus Salim, KH. Kahar Muzakkir, dan abikusno Cokro Sujoso merumuskan Pancasila seperti yang disebutkan sekarang,” jelasnya.
Diteruskannya, jika dari isi sila tersebut sudah dapat pahami oleh masyarakat dengan benar-benar, seperti sila pertama setiap warga negara harus beragama atau harus bertuhan, jadi tidak ada ruang bagi warga yang tidak beragama.
“Begitupun sila kedua dan seterusnya, jadi buku sosialisasi ini (empat pilar kebangsaan) tinggal dibaca saja dan dipahami dengan yang sudah ditetapkan oleh MPR RI itu, dan saya menantang anak-anak yang hadir disini untuk mempelajari ini, mau? Jika tidak sempat sekarang, bisa dibaca dirumah, nabi kita pun mengajarkan kita untuk membaca seperti yang disampaikan dalam Alqur’an ialah Iqro’ (bacalah), jadi kalian harus rajin membaca,” katanya.
“Kan bisa sekarang membaca dalam bentuk buku, atau hard copy di laptop bisa, sekarang ini gampang, di hp juga bisa ketemu, anak-anak sekarang harusnya lebih cerdas dari kami-kami dahulu, kenapa karena sekarang mudah untuk belajar, manfaatkan teknologi sekarang untuk belajar, untuk mengasah kecerdasan anak-anak sekalian, di hp yang aneh-aneh ga usahlah ditonton, tontonlah yg bermanfaat,” imbuhnya.
Diteruskannya, di buku Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan juga terdapat hak dan kewajiban warga negara, seperti hak warga negara untuk mendapatkan pendidikan yang layak, dan mendapatkan pelayanan kesehatan yang baik, itu ada di UUD 1945, namun dalam prakteknya itu sering kurang tepat seperti ada tetangga yang kurang mampu atau miskin, semua pihak tinggal bergotong royong sehingga tidak ada lagi hal yang seperti itu.
“Setidaknya rumahnya sehat (bagus), makannya cukup, mudah-mudahan kedepan tidak ada lagi keluarga yang stunting atau kurang gizi, sekarang anak-anak jgn takut kekurangan gizi, saya sdh belajar banyak dari Prof. Yohanes Surya, beliau sekarang mendirikan sekolah guru (Surya Institut), waktu saya jadi Walikota dulu (Yohanes surya) banyak memberikan beasiswa kepada anak-anak gratis sekolah untuk anak-anak yang mau menjadi guru yang hebat, ada seratus lebih yang dapat beasiswa,” terangnya.
Yohanes surya diterangkan ESP, bilang tidak ada anak Indonesia yang bodoh, yang ada adalah anak yang tidak ada kesempatan untuk belajar dengan guru yang baik, dan yang tepat, kalau gurunya hebat, anaknya akan hebat, jika anaknya hebat, bangsa ini akan hebat.
“Percayalah seperti itu, karena untuk membuktikan itu kata Prof. Yohanes surya, dia mendatangi menteri pendidikan, dan bilang pak menteri dimana sekolah yang tertinggal di Indonesia ini, seperti di Papua, setelah tau dia pergi ke papua, dan kesekolah itu terus dia kumpulkan guru-guru dan bertanya adakah anak yang paling bodoh, disebut namanya maria (saya masih ingat namanya) Kelas 4, kenapa disebut bodoh karena sudah 4 kali ga naek kelas, terus Prof. Yohanes surya meminta maria untuk dibawa ke Jakarta, dibiayai dan diajari selama 3 sampai 6 bulan dan dipulangkan lagi ke Papua, dan setelah kembali kesekolahnya si maria ini jadi juara di sekolahnya,” tungkasnya.
Usai memberikan pembukaan, pemahaman Empat Pilar Kebangsaan dan semangat. ESP tak lupa membagikan buku dan piagam sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan kepada para Guru dan ratusan siswa SMA Pusri Palembang. (red)