Beranda Beauty Tangis Haru di Nuurul Hikmah : Enam Santri Khatam 30 Juz, Satu...

Tangis Haru di Nuurul Hikmah : Enam Santri Khatam 30 Juz, Satu Siap Terbang ke Mesir!

bidiksumsel.com/dkd

Banyuasin, bidiksumsel.com – Suara lantunan ayat suci bergema lembut di udara. Di halaman Pondok Pesantren Tahfidzul Qur’an (PPTQ) Nuurul Hikmah, yang berlokasi di Jalan Kapten Robani Kadir, Komplek Taman Beringin Patra, Kelurahan Sungai Pinang, Kecamatan Rambutan, suasana pada Minggu (5/10/2025) tampak berbeda.
Puluhan santri berbusana putih-putih duduk berbaris rapi, sementara para wali murid menatap mereka dengan mata berkaca-kaca.
Hari itu, bukan sekadar peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW, melainkan juga Wisuda Tahfidzul Qur’an 30 Juz yang penuh haru dan kebanggaan.

Tema acara, “Ulama Jalanku, Al-Qur’an Pedomanku,” terasa hidup dalam setiap senyum dan air mata yang mengalir. Ini bukan sekadar seremoni, melainkan wujud nyata dari perjalanan panjang para penghafal Al-Qur’an para penjaga kalam Allah yang telah menempuh ribuan jam perjuangan, disiplin, dan doa tanpa henti.

Dalam momen penuh keberkahan itu, Pimpinan PPTQ Nuurul Hikmah, Ustadz Utsman Nulkhayri Al Hafidz, mengungkapkan rasa syukur yang dalam. Dengan suara bergetar, ia menuturkan bahwa tahun ini ada enam santri yang berhasil menuntaskan hafalan 30 juz, sebuah pencapaian besar yang selalu menjadi kebanggaan bagi pesantren.

“Alhamdulillah, kegiatan hari ini berjalan lancar dan penuh berkah. Kami bersyukur kepada Allah SWT serta berterima kasih kepada semua pihak yang membantu. Tahun ini, enam santri berhasil menyelesaikan hafalan 30 juz,” ujarnya dengan senyum penuh rasa haru.

Salah satu nama yang disebut dan langsung disambut tepuk tangan hangat adalah Nayla Junita, gadis asal Kenten yang telah menorehkan prestasi membanggakan. Nayla bukan hanya menamatkan hafalannya, tapi juga tengah bersiap melanjutkan pendidikannya ke Mesir untuk memperdalam ilmu agama.

Dengan mata berkaca-kaca, Nayla menceritakan perjuangannya selama empat tahun. Ia mengaku sempat kesulitan di awal, tapi tak pernah menyerah.

“Awalnya terasa berat, tapi kalau niat karena Allah SWT, pasti dimudahkan. Saya biasa menghafal selepas salat lima waktu dan murojaah setiap malam hingga pukul sepuluh,” tuturnya lirih, disambut haru para tamu yang hadir.

Berdiri delapan tahun lalu, PPTQ Nuurul Hikmah kini dikenal sebagai salah satu lembaga pendidikan Islam yang fokus membina hafidz dan hafidzah berkualitas. Meskipun jumlah santrinya baru sekitar 70 orang, Ustadz Utsman menegaskan bahwa pesantrennya lebih menitikberatkan pada kualitas hafalan daripada kuantitas santri.

“Kami memang tidak menampung terlalu banyak santri, agar kualitas hafalan dan pemahaman isi Al-Qur’an tetap terjaga. Tujuannya agar ilmu yang mereka dapat bisa diamalkan dan memberi manfaat bagi masyarakat,” jelasnya.

Dari total 70 santri, 60 orang mengikuti wisuda hafalan mulai dari 1 juz hingga 30 juz, sementara 10 lainnya masih dalam proses penyempurnaan hafalan untuk periode berikutnya.
Acara tersebut menjadi momentum sakral bagi para orang tua, yang melihat anak-anak mereka bukan sekadar berilmu, tetapi juga berakhlak Qur’ani.

Dalam sambutannya yang penuh makna, Ustadz Utsman memberikan pesan khusus bagi para wisudawan. Ia menegaskan bahwa menjadi hafidz bukan berarti perjalanan telah usai justru di situlah tanggung jawab besar baru dimulai.

“Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca dan dihafal, tapi juga diamalkan. Bagi yang sudah khatam, jaga hafalan kalian, terus murojaah, dan jadikan Al-Qur’an pedoman hidup. Bagi yang belum, jangan patah semangat. Kalian semua adalah orang-orang pilihan Allah,” ucapnya tegas, disambut isak tangis para santri.

Bagi Ustadz Utsman, tugas utama pesantren bukan hanya mencetak penghafal, tapi membangun karakter generasi Qur’ani yang siap membawa cahaya Islam di tengah masyarakat.

“Kami ingin para santri menjadi cerminan umat yang cinta Al-Qur’an, berilmu, dan berakhlak. Itulah tujuan sejati berdirinya pesantren ini,” pungkasnya.

Tabligh Akbar dan Wisuda Tahfidz hari itu berakhir menjelang Zuhur, namun kesan mendalamnya tak akan mudah dilupakan. Beberapa wali murid terlihat menahan tangis saat menyaksikan anak-anak mereka mencium mushaf, simbol syukur atas keberhasilan mereka menjaga kalam Allah.

Dari halaman sederhana di Sungai Pinang itu, semangat para santri Nuurul Hikmah menebar cahaya – cahaya Al-Qur’an yang akan terus menyinari Banyuasin, Sumatera Selatan, bahkan dunia. (dkd)

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here