Jalan Lingkar Timur Kembali Jadi Jalur Batu Bara : Warga dan Wartawan Prabumulih Lawan Praktik Ilegal
Prabumulih, bidiksumsel.com — Ketegangan memuncak di Simpang Empat Tanjung Raman, Kota Prabumulih. Jalan Lingkar Timur, yang baru beberapa bulan ini mulus kembali setelah bertahun-tahun rusak parah, kembali “dihantui” oleh lalu lintas angkutan batu bara yang diduga tidak berizin dan tanpa kontribusi terhadap perbaikan jalan tersebut.
Warga yang geram mulai berjaga malam hari, tak sendiri. Sekitar 40 wartawan lokal pun turun langsung, menyatakan penolakan terhadap praktik yang mereka anggap tidak hanya merusak infrastruktur, tapi juga mencemarkan nama baik profesi mereka.
Warga Tanjung Raman, lokasi yang menjadi titik rawan lintasan truk batu bara dari arah Tugu Nanas menuju pintu Tol Prabumulih-Indralaya, kini bergantian berjaga.
“Kami sudah dua malam ini tidur di simpang. Kalau dibiarkan lewat lagi, habis lagi jalan ini,” ujar seorang warga saat ditemui Jumat dini hari (9/5/2025).
Jalan tersebut merupakan aset vital kota yang telah diperbaiki menggunakan APBD Kota Prabumulih, bukan dana dari perusahaan batu bara. Hal inilah yang membakar semangat warga untuk menjaganya secara swadaya, agar tak lagi menjadi korban kehancuran seperti tiga tahun silam.
Oknum Ormas dan Jual Nama Wartawan
Ironisnya, muncul kabar bahwa ada oknum dari organisasi masyarakat (ormas) pendatang baru yang bukan hanya memuluskan angkutan batu bara, tapi juga mencatut nama wartawan untuk mendapat “jatah jalan”.
Salah satu wartawan lokal mengungkapkan, awalnya oknum tersebut sempat mengajak para jurnalis untuk melakukan penolakan dan peliputan kritis terhadap mobilitas truk batu bara.
Namun kini, ia justru diduga berbalik arah menjadi fasilitator diam-diam lintasan batu bara menuju tol, dengan imbalan tertentu.
“Kami sebagai wartawan merasa nama kami dijual. Ini mencoreng marwah profesi dan kredibilitas kami,” ungkap salah satu wartawan senior.
Solidaritas Profesi dan Rakyat : Siaga di Lapangan
Dari informasi yang dihimpun, puluhan wartawan dari berbagai media lokal di Prabumulih malam itu bergabung dengan warga berjaga di jalur rawan.
Bukan hanya menolak secara simbolik, mereka bahkan sepakat untuk memutarbalikkan angkutan batu bara jika nekat melintas tanpa izin. Langkah koordinasi dengan kepolisian setempat pun disiapkan sebagai opsi lanjutan.
“Kalau nekat melintas, kami akan dokumentasikan, laporkan, dan dorong penindakan. Jangan sampai kebijakan larangan hanya jadi tulisan di atas kertas,” tegas salah satu jurnalis yang ikut berjaga.
Aturan Sudah Jelas, Tapi Masih Dilanggar
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Provinsi Sumatera Selatan telah mengeluarkan kebijakan pelarangan truk batu bara melintas di jalan umum dan mewajibkan perusahaan menggunakan jalur khusus atau jalan tol.
Namun, praktik di lapangan sering tak sejalan dengan aturan. Jalan Lingkar Timur, yang strategis menghubungkan akses keluar-masuk tol, kembali dimanfaatkan tanpa persetujuan dan kontribusi perusahaan terhadap pemeliharaan jalan.
Melihat solidnya dukungan dari warga dan wartawan, bukan tidak mungkin akan ada aksi penolakan lebih luas jika pemerintah tak bertindak cepat.
Harapan warga jelas, perlindungan terhadap fasilitas publik dan penegakan aturan yang adil, bukan pembiaran terhadap praktik-praktik yang menguntungkan segelintir pihak dengan mengorbankan kepentingan masyarakat luas. (team)