Desa-Desa di Muba Ditempa Jadi ‘Desa Cantik’ : Langkah Strategis Menuju Era Satu Data
Muba, bidiksumsel.com – Di tengah geliat transformasi digital dan tuntutan efisiensi dalam pembangunan, Kabupaten Musi Banyuasin (Muba) mengambil satu langkah visioner: menciptakan desa-desa yang tidak hanya mandiri, tapi juga melek data. Melalui program Desa Cinta Statistik (Desa Cantik), Muba menancapkan pijakan kuat untuk mewujudkan Satu Data Indonesia dari level paling dasar desa.
Program pembinaan resmi dibuka hari ini, Selasa (29/4/2025), dipimpin oleh Dela Novita Sari, ST.MM, yang mewakili Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Muba, Herryandi Sinulingga. Kegiatan ini berlangsung dalam suasana hangat penuh kolaborasi, dengan kehadiran langsung Trio Wira Dharma, S.ST., MM, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Muba, sebagai narasumber utama.
Di balik pembukaan yang sederhana, tersimpan misi besar: menciptakan desa-desa di Muba yang tidak hanya tertib administrasi, tetapi juga mampu mengelola dan memanfaatkan data sebagai basis pembangunan.
Data Adalah Nyawa Pembangunan
Dalam sambutannya yang disampaikan melalui Dela Novita Sari, Herryandi Sinulingga menekankan bahwa di era sekarang, data bukan lagi pelengkap, melainkan dasar pengambilan keputusan yang tak bisa ditawar.
“Dengan data yang akurat dan terpercaya, semua langkah strategis bisa diarahkan dengan tepat. Kita bisa membangun lebih cepat, lebih tepat, dan lebih berdampak,” tegasnya.
Ia menggarisbawahi bahwa program unggulan Muba Maju Lebih Cepat hanya bisa terealisasi jika informasi yang digunakan dalam perencanaan benar-benar mencerminkan realitas di lapangan, bukan sekadar asumsi.
Pelatihan yang Menyentuh Akar Masalah
Apa yang membuat program ini menarik adalah pendekatannya yang langsung menyasar ke akar pemerintahan desa. Operator data dari desa-desa terpilih di Muba dilatih untuk memahami metodologi pengumpulan, pengolahan, hingga pelaporan data statistik sektoral. Materi disampaikan langsung oleh BPS dengan standar nasional yang telah teruji.
Trio Wira Dharma, dalam pemaparannya, membuka wawasan para peserta tentang bagaimana data bisa menjadi alat advokasi, perencanaan, hingga dasar pengajuan bantuan pemerintah pusat. Ia mengingatkan bahwa banyak desa terjebak pada program yang stagnan hanya karena kekurangan data yang bisa dipertanggungjawabkan.
“Desa-desa kita bukan tidak punya potensi. Tapi jika tidak ada data yang membuktikannya, maka akan sulit bagi siapapun untuk melirik. Di sinilah pentingnya tata kelola data yang baik,” kata Trio penuh semangat.
Kolaborasi Menuju Satu Data Indonesia
Lebih dari sekadar pembinaan teknis, program Desa Cantik ini menjadi pondasi kolaboratif antara pemerintah desa, Diskominfo, dan BPS dalam mewujudkan mimpi besar: Satu Data Muba dan Satu Data Indonesia.
Tidak berlebihan jika dikatakan bahwa suksesnya program ini akan membawa efek domino ke banyak sektor — dari kesehatan, pendidikan, hingga pemberdayaan ekonomi desa. Data yang solid akan menciptakan kebijakan yang tepat sasaran.
“Ini bukan soal hari ini saja. Tapi bagaimana kita meletakkan fondasi yang kuat untuk generasi ke depan. Jika data desa rapi, maka semua bentuk intervensi pembangunan akan lebih efektif,” tambah Dela Novita Sari.
Program Desa Cantik ini seolah menjadi cermin dari semangat baru Muba yang tidak ingin lagi berjalan dengan mata tertutup. Dengan data sebagai kompas, arah pembangunan akan lebih presisi, tak lagi berputar-putar tanpa hasil.
Seiring pembinaan yang berlangsung, harapan besar pun tumbuh: dari desa-desa kecil di Muba, lahir solusi besar untuk pembangunan Sumatera Selatan dan Indonesia.
Dan mungkin, di masa depan, akan ada hari di mana kita bisa berkata: perubahan besar itu bermula dari angka-angka kecil yang dicatat dengan cermat oleh para operator desa. (rd)