MUBA – Miris mobil operasional dinas kelurahan Keluang yang seharusnya digunakan untuk menunjang fungsi dan tugas pokok dinas/intansi terkait diduga disalahgunakan.
Seperti terlihat terjadi pada mobil operasional Pemerintah Kelurahan Kecamatan Keluang kabupaten Musi Banyuasin yang berjenis pickup warna hitam bernopol BG 8278 BZ.
Pasalnya, mobil operasional dinas tersebut di duga disalahgunakan untuk membawa bahan material seperti semen, pasir dan air untuk kegiatan pembangunan Drainase di wilayah pemerintahan Kelurahan Keluang.
Sementara, saat dijumpai warga setempat, Rabu (09/12/20) yang namanya minta disembunyikan membenarkan, bahwasanya mobil dinas milik Pemerintah Kelurahan Keluang berjenis Pick up selama kegiatan pembangunan drainase (parit) diduga digunakan untuk membawa bahan material seperti membawa semen, pasir dan air.
“Itukan nisa merusak mobil operasional kalau dibawa bahan material. Biasanya kalau kita membeli material di toko bangunan mobil dari toko itulah yang mengantarkan bahan material. Nah diduga mungkin untuk penghematan anggaran mengorbankan mobil dinas membawa bahan material tersebut,”katanya.
Disinggung sumber anggaran pembangunan drainase (parit), narasumber itu mengatakan jika dilihat papan kegiatan bersumber APBD Kelurahan Keluang tahun 2020. Akan tetapi kegiatan tersebut di duga dikerjakan asal jadi. Buktinya kegiatan tersebut belum selesai dikerjakan sudah ada yang ambruk dan tidak rata lagi pada coran.
”Juga batu drainase kami duga ada pengurangan volume pada kegiatan tersebut dan tidak rapi. Buktinya banyak bekas tanah galian berserakan di jalan, sudah jelas itu membahayakan pengguna jalan,” jelasnya.
Terpisah, Lurah Kelurahan Keluang, Pahrur Rozi SIP MSI saat dikonfirmasi melalui pesan singkat WhatsaApp, Rabu(09/12/20) mengatakan, bahwasanya, untuk tanah galian ada masyarakat yang mau mengambilnya makanya masih belum semuanya dipindahkan, bebernya.
Saat ditanya mobil operasional dinas diduga digunakan untuk membawa bahan material dia mengatakan, mobil dinas itu kebenaran saja dipinjam warga untuk mengangkut tanah bekas galian. ”Tidak usah publikasi bos kita ketemu saja nanti,” jelasnya. (tim)