Palembang, bidiksumsel.com – Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), Indeks Harga Konsumen (IHK) Provinsi Sumatera Selatan pada bulan September 2022 mengalami inflasi sebesar 1,26% (mtm), berbeda dibandingkan bulan sebelumnya yang tercatat deflasi sebesar -0,82% (mtm). Perkembangan ini terutama dipengaruhi oleh inflasi yang bersumber dari kelompok transportasi.
Dengan perkembangan tersebut, secara tahunan, inflasi IHK September 2022 tercatat sebesar 6,70% (yoy), lebih rendah dibandingkan inflasi regional Sumatera yang sebesar 6,94% (yoy). Sementara itu, inflasi nasional pada bulan September 2022 tercatat sebesar 5,95% (yoy).
“Kelompok transportasi mengalami inflasi sebesar 11,42% (mtm) dengan andil sebesar 1,21% (mtm). Inflasi pada kelompok transportasi didorong oleh penyesuaian harga Bahan Bakar Minyak (BBM) pada september lalu,” Kata Erwin Soeriadimadja Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sumsel dalam rilis yang di terima Selasa (04/10/2022).
Beberapa komoditas dominan yang menyebabkan terjadinya inflasi pada kelompok ini, adalah bensin dengan andil inflasi sebesar 0,917 persen, tarif kendaraan roda 2 online dengan andil inflasi sebesar 0,079 persen, dan solar yang menyumbang andil inflasi sebesar 0,060 persen.
Inflasi pada kelompok ini kiranya dapat lebih ditekan kembali, mengingat kenaikannya masih lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata inflasi kelompok transportasi di regional Sumatera yang sebesar 9,09% (mtm).
Sementara itu, deflasi di kelompok Volatile Food (VF) belum dapat mengimbangi kenaikan kelompok transportasi.
“Secara umum, komoditas VF mengalami deflasi -0,77% (mtm). Komoditas yang menjadi penyumbang deflasi terutama berasal dari komoditas seperti cabai merah dan bawang merah dengan andil deflasi masing-masing sebesar 0,139% dan 0,078%,” ujar Erwin.
Penurunan harga komoditas ini terjadi seiring dengan mulai masuknya musim panen di beberapa sentra produksi. Sedangkan komoditas VF yang menghambat deflasi lebih dalam adalah beras dan telur ayam ras yang menyumbang andil inflasi masingmasing sebesar 0,129% dan 0,022%.
“Sejalan dengan penguatan ekonomi, Survei Konsumen Bank Indonesia Provinsi Sumatera Selatan pada bulan September 2022 mengindikasikan optimisme konsumen yang tetap terjaga terhadap kondisi ekonomi. Optimisme konsumen tercermin dari Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) yang mencapai 128.22,” paparnya.
Masyarakat optimis bahwa kondisi perekonomian pada 6 bulan ke depan akan lebih baik dari aspek kegiatan usaha, peningkatan penghasilan, maupun ketersediaan lapangan kerja di tengah peningkatan mobilitas dan pelonggaran kebijakan pembatasan.
Secara keseluruhan tahun 2022, inflasi Provinsi Sumatera Selatan diperkirakan lebih tinggi dari tahun 2021, namun masih terkendali.
Selanjutnya kata Erwin, TPID Provinsi Sumatera Selatan akan terus bersinergi dengan TPIP maupun TPID Kabupaten/Kota untuk melakukan pengendalian inflasi berpedoman pada strategi pengendalian inflasi 4K (Ketersediaan Pasokan, Keterjangkauan Harga, Kelancaran Distribusi dan Komunikasi Efektif) serta 7 program Gerakan Nasional Pengendalian Inflasi Pangan (GBNPIP). Berbagai upaya yang telah dilakukan, antara lain pelaksanaan pasar murah, operasi pasar beras di 30 lokasi sejak 2 Oktober lalu, optimalisasi Gerakan Sumsel Mandiri Pangan, serta perluasan lahan komoditas hortikultura seperti cabai merah dan bawang merah di sentra produksi, antara lain Muratara, OI, dan OKI secara bertahap sampai dengan bulan November.
“Ke depan, berbagai program pengendalian inflasi lainnya akan terus dilakukan seperti pelaksanaan High Level Meeting TPID se-Sumsel, optimalisasi Kerja sama Antar Daerah (KAD), perluasan implementasi digital farming baik di sisi hulu maupun hilir, serta melanjutkan pelaksanaan pasar murah dan operasi pasar di 17 Kota dan Kabupaten Sumsel lainnya, khususnya ketika terjadi kenaikan harga,” pungkasnya. (rel/dkd)